Ibu ?
Ah, persetan sebutan Ibu. Apalagi dengan Hari Ibu. Aku memang ada karena
pernah dilahirkan oleh seorang wanita. Tapi entah apa yang dilakukan
oleh wanita itu terhadapku. Aku tak pernah mengenalnya, tak merasakan
belaian kasih sayangnya. Tak merasakan kecupan mesra seorang Ibu.
Bagiku, Ibuku adalah seorang Nenek tua renta yang tak sempurna
berjalannya dan mulai rabun penglihatannya. Orang bilang, aku ditemukan
Nenek disudut pasar yang kumuh, menangis kencang, saat aku masih berusia
belum genap satu tahun. Lalu apa yang mesti aku ingat tentang sosok Ibu
? Bagaimana aku bisa mengenalnya atau menyintainya ? Tak ada sedikitpun
yang bisa aku ingat. Yang kutau, kemudian aku biasa dengan panggilan
Rahmad.
Mungkin
benar, banyak ibu yang baik terhadap buah hatinya. Aku pun ingin, dan
sangat cemburu. Tapi aku menghibur diriku. Aku tak sendiri. Tak sedikit
juga Ibu yang jahat. Sebagaimana sering yang aku dengar, lihat dan baca
di berbagai pemberitaan. Termasuk Ibuku kan ? Walaupun aku tak pernah
tahu bagaimana bisa aku berada disudut pasar yang kumuh, dibuang kah?
diculik seseorang kemudian dibuang kah ? tertinggal kah ? Ah, semakin
pusing aku dibuatnya. Mungkin aku adalah seorang anak yang tak
diinginkan. Maka dari itu aku benci Hari Ibu. Pembahasan tentang Ibu,
sungguh memuakkan. Lebih tepatnya menyakitkanku.
Tapi, sudahlah ...
Aku
hanya ingin menemani dan membahagiakan Nenek Renta yang telah
membawaku, menyelamatkanku, merawat dan membesarkanku. Ya, Nenek
Embah....begitu aku memanggilnya. Benar, bagiku dialah Ibuku. Tak
penting bagiku apa alasan wanita yang melahirkanku membuangku ataupun
juga alasan Nenek Embah yang renta merawatku. Seseorang bisa menjadi ibu bukan hanya karena melahirkan, tapi juga merawat, membesarkan.
Tapi, ucapan Nenek Embah pagi tadi sedikit mengusikku :
Rahmad,
jangan menyimpan benci ke Ibumu..wong kamu juga ndak tahu siapa Ibumu
to, Le ? Piye-piye kamu itu sebenarnya punya ibu, yang pernah melahirkan
kamu. Simbah ini sayang karo awakmu, seneng mergo awakmu eman juga karo
Simbah. Anak Simbah cuma kamu, Le, Simbah ndak punya anak. Tapi pokok'e
ndak boleh nyimpan benci ke orang yang pernah melahirkan kamu. Doakan
yang terbaik. Nyuwun karo Gusti Allah. Yo, Le ..
Ya,
benar. Untuk apa aku menyimpan benci. Sejujurnya, mungkin untuk
menutupi kerinduanku maka aku memupuk subur rasa benci ini. Kadang
terpikir, apakah aku cucu dari Nenek Embah...hehe entahlah. Dari hati,
sebenarnya aku pun ingin bertemu wanita yang melahirkanku.....ingin
bertanya : "Bu, sakitkah engkau melahirkan ku ??" kemudian mengucapkan
"Terimakasih karena telah melahirkanku". Sederhana sangat, tapi
mungkinkah ?? Benar kata Nenek Embah, lebih baik berdoa, mendoakan
kebaikan. Jika Allah berkenan, dengan Kuasa-Nya juga kelak aku akan bisa
bertemu wanita yang pernah melahirkanku. Mungkin sulit, tapi ini sangat
mudah bagi Allah.
#janganmenyerah#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar