Kamis, 11 Oktober 2012

Penantian yang Indah

Duniaku makin ceria. Terasa indah. Layaknya ketika berada di padang gersang, kehausan..kemudian aku menemukan segelas minuman dingin, berenergi. Sungguh nikmat. Seperti disaat aku berada di puncak kebimbangan, ditengah persimpangan, diambang keraguan kemudian aku mendapat kemudahan untuk membuat keputusan berupa pilihan. Begitu juga ketika aku menemukanmu.

Semula aku mengira kau hadir di saat yang tak tepat. Di saat yang memang aku masih suka berkawan dengan kesendirianku. Disaat luka di dalam hati masih terpatri. Disaat perih ini tetap terasa tiada henti. Disaat kebencianku makin memuncak tak bertepi. Di saat terkikisnya kepercayaanku akan arti dari sebuah kesetiaan. Disaat menurutku, cinta hanyalah ada di negeri kahyangan. Tak tersentuh oleh jiwa-jiwa manusia seperti aku, kau ataupun dia.
 
Didalam hatiku ….
Aku masih menyimpan ragu. Akankah engkau tak sama dengan yang sebelumnya ? Kuhargai masa, hingga datangnya sang ketika. Bukankah tiap-tiap kita berhak untuk bahagia ? Tak adil rasanya jika kemudian aku tak memberimu indahnya asa yang berujung.

Tapi ..
Ternyata aku salah. Hadirmu mampu ceriakan hariku. Arti cinta bagimu bukan sekedar memberi atau menerima. Bukan sekedar halus bahasa. Bukan sekedar janji setia. Bukan sekedar membahagiakan rasa. Bukan sekedar puisi cinta. Bukan sekedar hadiah istimewa. Tapi diatas semua itu. Perilakumu mampu goyahkan rasaku. Kelembutan bahasamu meluluhkan kerasnya hatiku. Kesabaranmu meyakinkanku, bahwa tidak semua pria baik-baik itu sebatas sebaik yang aku tahu. Kau tawarkan kedamaian di negeri penuh cinta. Kau buat aku terpana, tidak semua pria seburuk yang aku kira. Akhlakmu memikatku. Dan, kehadiran Bundamu sebagai bukti kesungguhanmu. Terakhir, kehadiran keluargamu tuk meminangku adalah puncak dari kesungguhanmu. Apakah akan berhenti sampai di sini ? Tidak. Perjalanan masih panjang, berjuta harapan membentang. Ketika aku dan kau menjadi kita.

Cinta akan indah pada waktunya. Mudah-mudahan Allah jaga hatiku dan hatinya untuk tidak meluapkan pendar bahagia, indahnya asa, hati yang berbunga sebelum waktunya tiba.  Tak terasa, pernikahan kita sudah didepan mata. Maaf, aku pernah mengabaikan hadirmu dan Bundamu. Semoga semuanya berakhir indah hingga saatnya menutup mata. Sebagaimana kau ungkap pada Bundaku. Amiin.

Diary, 25 Mei 2006


***
# Terimakasih Cinta, atas segalanya ..hingga saat ini#

Kapan Kita ke Surga ?

1347032909277144356
Aduh, ibu mana sih yang tidak senang, riang, gembira luar biasa, melihat anaknya tumbuh, bertambah usia.  Dan usia balita adalah usia-usia dimana anak rasa ingin tahunya makin meningkat, semua hal ia tanyakan. Kenapa..kenapa..kenapa...terkadang sampai kita bingung musti menjawab apa. Seperti halnya aku, melihat anakku tumbuh hingga usia 5 tahun saat ini, adalah keajaiban bagiku. Semuanya ajaib...!! Terkadang masih terheran, woow...aku sudah menjadi seorang ibu, dan tak terasa usiamu 5 tahun, nak. TK Nol besar ya sayang....*_^

Jika mengingat ke belakang, saat usianya beranjak 3 tahun hingga kemari, banyak sekali hal-hal atau pertanyaan lucu yang terkadang aku sendiri rada kerepotan. Seperti misalnya :
Mi, abang punya titit. Umi punya titit ga?
Mi, Allah itu dimana sih ?
Mi, Allah itu laki apa perempuan ?
Mi, Allah sama setan gedean mana ?
Mi, Abang dulu di dalem perut Umi, ya? Tapi Abang ga inget kapan masuknya..
Mi, temen Abang bilang dia mau punya adek. Kata ibunya, adeknya dibuat dari taoge. Umi bisa ga ?
Umi jahat, masa waktu nikahan Abang ditinggal, ga diajak...(saat pertamakali dia menonton video pernikahanku)

1347033031940097490Atau ketika seringkali aku bilang :
Jangan nakal ya sayang, nanti Allah marah lho sama Abang.
Nah, jagoanku bilang :
Berarti Allah jahat, masa marah terus. Tapi Abang kan Batman, nanti Allah Abang tinju duluan ...!!

Hehehe...Tentunya semua statemen diatas perlu disikapi dengan bijak, kita jawab dengan pengarahan yang baik, bahasa anak-anak yang tentunya bisa dimengerti olehnya. Maka mendidik anak itu benar-benar diperlukan ilmu, bukan hanya semau-mau kita saja. Banyak ibu yang justru tidak suka ketika sang buah hati banyak bertanya, atau parahnya lagi justru menghardik sang anak. Bukankah kita adalah model sang anak? Apapun yang ia lihat mengenai kita, apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan, dan apapun itu, itulah yang mereka pelajari, itulah yang akan mereka tiru dan terpatri.

Tak berbeda saat puasa kemarin, aku sampaikan bahwa jika rajin berpuasa nanti di sayang Allah, dapet hadiah banyak, dan masuk Surga. Menginjak pertengahn puasa, malaikat kecilku mulai ngambeg dengan puasa setengah harinya, dia bilang : Bu guru sama Umi bohong. Abang kan udah puasa lama, tapi kok belum ke Surga ? Umi kapan kita ke Surga ??
13470333762108536924Owh, pertanyaan inipun sempat membuatku terkejut. Subhanallah, Masya Allah...selama ini aku menganggap semua baik-baik saja, teryata aku masih perlu banyak belajar. Belum cukup ilmu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tak terduga seperti itu. Untuk semua para ibu, mari besarkan buah hati kita dengan perhatian, kasihsayang, dan ilmu...karena anak-anak benar-benar ajaib...sangat ajaib.

Rabu, 10 Oktober 2012

Jangan Seperti Emak




1338084032332574774
Emak dan Bapak ( ailopyu-ol)
Rasaku dahulu :

Senangnya, hari ini sudah hari jum'at yang sama artinya sore nanti aku bisa pulang kerumah ketemu Bapak sama Mamakku. Meskipun di kost-an banyak teman, tetap saja aku selalu pulang kerumah seminggu sekali. Alasannya bukan saja rumahku yang hanya mempunyai jarak tempuh kurang lebih satu jam perjalanan, tapi juga karena uang pemberian Emak memang hanya untuk jatah seminggu. Emak dan Bapak berjualan Bakso di pasar dan terminal, tentu saja mereka menyisihkan pendapatan penjualannya setiap harinya sedikit demi sedikit dan kemudian hingga Jum'at sore aku pulang dan Senin pagi berangkat lagi kuliah dengan membawa uang simpanan Emak tadi.
Setiapkali aku sampai dirumah, entahlah senang sekali rasanya. Mungkin karena bertemu Emak sama Bapak, mungkin karena aku bisa tidur dikamar kecilku dirumah, mungkin karena aku bisa bantuin Emak jualan dipasar, mungkin karena aku akan dapat jatah uang mingguan lagi. Atau masih ada berbagai kemungkinan yang lain. Jika aku tidak salah menerka, kulihat Emak dan Bapak juga gembira dengan kepulanganku, mungkin karena mereka memang kangen denganku, mungkin karena aku anak bungsunya, mungkin seminggu adalah waktu yang cukup lama untuk menanti kehadiranku, tapi mungkin juga aku salah menerka.

Sesampai dirumah, kucium tangan Emak dan Bapak dan akupun mendapat hadiah ciuman di pipi. Kemudian Emak tak pernah lupa memberikan apapun itu untukku. Selama seminggu itupun, Emak menyisihkan buah atau makanan yang Emak makan untukku.  Tidak selalu sama. Terkadang Emak memberikanku dua buah Salak, satu buah Jeruk, dua buah permen, selalu berlainan. Emak bilang : tiap Emak makan, selalu ingat kamu, jadi Emak simpan untukmu. Meskipun aku seringkali bilang, sudahlah tak perlu selalu menyimpan makanan, menyisihkan untukku, tapi tetap saja Emak lakukan. Seringkali kudapati buah Jeruk itu mulai keriput, bukan karena terlalu lama disimpan didalam lemari pendingin( lemari pendingin sudah kehilangan fungsinya alias rusak, itupun peninggalan kakakku yang sulung) tetapi Emak menyimpannya dalam beras. Bukan pula beras yang disimpan dalam penyimpanan beras  seperti Cosmos dan sejenisnya, melainkan beras emak hanya disimpan dalam Gentong Beras. Hm, Gentong itu masih ada ya, Mak...

Pernah aku bertanya, kenapa Emak selalu beli buah, selalu punya makanan yang disimpan untukku. Ternyata bukan berarti Emak membelinya setiap hari, tapi terkadang ketika acara nyumbang di pesta pernikahan atau sunatan sekalipun ketika ada jamuan makan disertai buah, diberi kue plus permen yang biasanya dikemas apik dalam mika atau kotak snack, saat itulah Emak membawanya pulang disimpan untukku. Tidak harus berlebihan begitu Mak, aku sudah cukup bahagia punya Emak yang ketika aku sekolah dulu Emak selalu membuatkan aku susu kemudian Emak antar kekamarku karena aku sibuk berdandan untuk keberangkatanku ke sekolah. Tapi Emak tidak berubah...

Emak itu mudah menangis. Aku juga cengeng, mestinya warisan dari  Emak. Emak  menangis ketika mengantarkanku ke kost untuk pertama kalinya, ketika Senin pagi aku kembali berangkat kuliah, ketika aku menyelesaikan studi-ku, ketika aku putus hubungan dengan teman dekatku, ketika menjelang pernikahanku, saat pernikahanku, ketika mengantarkanku kerumah suamiku, ketika mendengar kehamilanku, ketika aku melahirkan malaikat kecilku, ketika aku sakit, ketika malaikat kecilku sakit, ketika lebaran, ketika Emak shalat dipertiga malam, ketika hatinya sedikit terluka oleh Bapak, ketika Bapak memarahiku karena kebandelanku, dan masih banyak lagi ketika-ketika yang lain. Ajaibnya, sepertinya Emak selalu lebih tahu rasaku juga dukaku sehingga Emak selalu lebih dahulu menangis. Terlalu banyak tangisannya, dan sepertinya banyak tangisnya yang tidak aku ketahui. Terlalu banyak dukanya yang sengaja Emak sembunyikan dariku. Terlalu banyak catatan memilukan yang sedikit saja tersampaikan untukku.


Rasaku Sekarang :

Hebatnya lagi,
Sampai sekarangpun Emak tetap menyisihkan makanan untukku. Sehari aku tak berkunjung, Emak pasti telpon :" Kok ga kerumah, ini Emak simpenin bumbu urap sama Ayam Kecap ". Belum lagi petis yang dibawa Bapak sepulang dari Jawa Timur. Masih banyak lagi yang tak mungkin aku tuliskan semuanya disini. Pun ketika aku berkunjung membawakan buah tangan selalu saja disisihkan beberapa untuk dibawa aku pulang kembali kerumah. Aneh. Tapi aku sudah tidak pernah protes lagi tentang makanan yang disisihkan untukku. Sejak Emak selalu bilang bahwa Emak selalu ingat anak. Aduh indahnya, dan merinding disko mendengarnya. Terimakasih, Mak. Sekarang aku tahu alasanmu. Aku mencintaimu, dan sepertinya cintaku tak cukup mengimbangi rasa cintamu untukku.


Kata Emak dahulu :
Sudahlah, jangan selalu tanya kenapa Emak melakukan ini dan itu untukmu, mbak-mu dan mas-mu. Melihat kalian senang, hidup bahagia itu sudah cita-cita Emak. Setiap Emak makan, selalu ingat kamu juga mbak dan mas-mu. Kamu nanti akan tahu ketika kamu sudah menikah dan punya anak. Emak itu selalu ingat anak. Kalau kamu tidak suka dengan yang Emak lakukan selama ini, ya sudah diem aja karena Emak tidak mau berhenti. Kalau kamu tetap tidak suka, yowes, besok kamu punya anak, jangan seperti Emak.


Kata Emak sekarang :
Jadi isteri yang baik ya, Nduk. Isteri solehah. Jangan kasar sama anak, Emak sakit kalau kamu kasar sama anak. Besok libur to, dolan kerumah. Mamak sama Bapak kangen, palagi sama Anakmu. Nginep yo, Nduk.

Ekspresikan Cinta Kita !


Cinta, rapat sampe jam berapa ? Sore ya ?


Pesan singkat dari suamiku. Kebetulan rekan baikku duduk tepat disebelahku, ikut nimbrung baca sms itu. Apa komentarnya ? Wow, cinta nih yee. Hehe, sepertinya kaget banget dia. Padahal buatku itu biasa, wajar, memang begitu sapaan kami. Bermula dari situ, kemudian pernah tanpa bermaksud membahas secara khusus aku dan rekan-rekan disekolah membahas masalah itu. Satu rekan mengatakan bahwa ia tak pernah sms mesra, romantis seperti itu. Bilang cinta, sayang...hm mungkin sudah lama tak mendengar kata itu, sudah lupa juga kapan terkahir kali mendengar atau mengucapkannya.
Rekan yang lain lagi bercerita, dulu waktu baru menikah iya. Tapi seiring berjalannya waktu, makin kemari makin hilang tak terlihat. Alasannya macam-macam. Malu karena sudah punya anak, sudah tua bukan masanya lagi, sudah punya cucu, gengsi memulai kembali, ga mau memulai duluan. Macam-macam alasannya. Padahal menurutku sama saja, baik pria maupun wanita semua suka jika dimanja, dicinta. Memang ekspresi cinta itu macam-macam, bisa dalam perkataan maupun perbuatan. Aku mah sederhana saja, tidak akan tahu bahwa kita mencintai jika kita tidak mengatakannya. Buatlah pasangan hidup kita bahagia. Sms mesra, bahasa sayang, pelukan, kecupan, usap kepala...dll...
Buatku, cinta itu adalah ekspresi. Cinta tanpa ekspresi, hambar. Ekspresi tanpa cinta, kurang ajar ( he.he..bukan ya?). Ekspresi tanpa cinta, ya...pura-pura namanya. Maka aku terheran-heran ketika beberapa rekan kerja terkadang bercerita bahwa ia tidak bisa bermanja-manja, bersayang-sayang ria dengan suaminya. What ? Buat saya itu aneh banget. Bagaimana mungkin dengan pasangan kita sendiri tapi tidak bisa manja, ungkapkan cinta ? Woow...


Kemudian aku turut senang juga ketika mendengar cerita :

Ssstt, sekarang suamiku kalau balas pesanku ada embel-embel : ya, sayang. Padahal biasanya cuma satu huruf : Y. Kesel banget kan, kita dah panjang lebar tinggi keliling luas :D ...eee..dia cuma balas satu huruf. Hm..mending balesnya cepet, dah lama cuma segitu doang. Dan banyak deh cerita-cerita lainnya. Artinya apa, bukan kita mengumbar cinta, lebay, atau apalah sebutannya...tapi why not ? Ekspresikan cinta dalam perkataan dan perbuatan.


Penggalan cerita terakhir :
Pernah disaat nenekku (dari pihak ibu)yg tinggal di kabupaten sebelah  sakit, kemudian Ibuku harus mengunjunginya selama kurang lebih 5 hari. Otomatis Bapak tinggal sendiri dirumah. Sambil jalan-jalan sore, aku sempatkan berkunjung kerumah Bapak. Ibuku menelpon ke nomor Bapak, kebetulan aku yang angkat, dan rumpi deh. Selesai itu, aku buka inbox, sent item hp Bapak. Hmm aku tersenyum simpul, bahagia.
Apa, kabar sayang..
Ayo tangi-tangi sholat malem.
Kapan pulang, Yang ?

Padahal Bapak dan Ibuku sudah tidak muda lagi. Bapak 68 tahun, ibu 58 tahun. Yang tua aja masih bisa, kenapa yang muda kalah? Aku tetap sepakat, cinta adalah ekspresi. Plus bumbu tiga kata mujarab : maaf, tolong, terimakasih. Yang aku sampaikan hanya sebagian kecil contoh.  Bagaimanapun juga wanita itu senang dimanja, pria senang jika merasa dibutuhkan. Kalau bisa dibuat luar biasa, kenapa yang biasa-biasa aja ? Ayo ekspresikan cinta kita ^_*   I love all of you are...
Salam...
13486320331799322800