Duniaku makin ceria. Terasa indah.
Layaknya ketika berada di padang gersang, kehausan..kemudian aku
menemukan segelas minuman dingin, berenergi. Sungguh nikmat. Seperti
disaat aku berada di puncak kebimbangan, ditengah persimpangan, diambang
keraguan kemudian aku mendapat kemudahan untuk membuat keputusan berupa
pilihan. Begitu juga ketika aku menemukanmu.
Semula aku mengira kau hadir di saat
yang tak tepat. Di saat yang memang aku masih suka berkawan dengan
kesendirianku. Disaat luka di dalam hati masih terpatri. Disaat perih
ini tetap terasa tiada henti. Disaat kebencianku makin memuncak tak
bertepi. Di saat terkikisnya kepercayaanku akan arti dari sebuah
kesetiaan. Disaat menurutku, cinta hanyalah ada di negeri kahyangan. Tak
tersentuh oleh jiwa-jiwa manusia seperti aku, kau ataupun dia.
Didalam hatiku ….
Aku masih menyimpan ragu. Akankah engkau
tak sama dengan yang sebelumnya ? Kuhargai masa, hingga datangnya sang
ketika. Bukankah tiap-tiap kita berhak untuk bahagia ? Tak adil
rasanya jika kemudian aku tak memberimu indahnya asa yang berujung.
Tapi ..
Ternyata aku salah. Hadirmu mampu
ceriakan hariku. Arti cinta bagimu bukan sekedar memberi atau menerima.
Bukan sekedar halus bahasa. Bukan sekedar janji setia. Bukan sekedar
membahagiakan rasa. Bukan sekedar puisi cinta. Bukan sekedar hadiah
istimewa. Tapi diatas semua itu. Perilakumu mampu goyahkan rasaku.
Kelembutan bahasamu meluluhkan kerasnya hatiku. Kesabaranmu
meyakinkanku, bahwa tidak semua pria baik-baik itu sebatas sebaik yang
aku tahu. Kau tawarkan kedamaian di negeri penuh cinta. Kau buat aku
terpana, tidak semua pria seburuk yang aku kira. Akhlakmu memikatku.
Dan, kehadiran Bundamu sebagai bukti kesungguhanmu. Terakhir, kehadiran
keluargamu tuk meminangku adalah puncak dari kesungguhanmu. Apakah akan
berhenti sampai di sini ? Tidak. Perjalanan masih panjang, berjuta
harapan membentang. Ketika aku dan kau menjadi kita.
Cinta akan indah pada waktunya.
Mudah-mudahan Allah jaga hatiku dan hatinya untuk tidak meluapkan pendar
bahagia, indahnya asa, hati yang berbunga sebelum waktunya tiba.
Tak terasa, pernikahan kita sudah didepan mata. Maaf, aku pernah
mengabaikan hadirmu dan Bundamu. Semoga semuanya berakhir indah hingga
saatnya menutup mata. Sebagaimana kau ungkap pada Bundaku. Amiin.
Diary, 25 Mei 2006
***
# Terimakasih Cinta, atas segalanya ..hingga saat ini#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar