- Emak dan Bapak ( ailopyu-ol)
Rasaku dahulu :
Senangnya,
hari ini sudah hari jum'at yang sama artinya sore nanti aku bisa pulang
kerumah ketemu Bapak sama Mamakku. Meskipun di kost-an banyak teman,
tetap saja aku selalu pulang kerumah seminggu sekali. Alasannya bukan
saja rumahku yang hanya mempunyai jarak tempuh kurang lebih satu jam
perjalanan, tapi juga karena uang pemberian Emak memang hanya untuk
jatah seminggu. Emak dan Bapak berjualan Bakso di pasar dan terminal,
tentu saja mereka menyisihkan pendapatan penjualannya setiap harinya
sedikit demi sedikit dan kemudian hingga Jum'at sore aku pulang dan
Senin pagi berangkat lagi kuliah dengan membawa uang simpanan Emak tadi.
Setiapkali
aku sampai dirumah, entahlah senang sekali rasanya. Mungkin karena
bertemu Emak sama Bapak, mungkin karena aku bisa tidur dikamar kecilku
dirumah, mungkin karena aku bisa bantuin Emak jualan dipasar, mungkin
karena aku akan dapat jatah uang mingguan lagi. Atau masih ada berbagai
kemungkinan yang lain. Jika aku tidak salah menerka, kulihat Emak dan
Bapak juga gembira dengan kepulanganku, mungkin karena mereka memang
kangen denganku, mungkin karena aku anak bungsunya, mungkin seminggu
adalah waktu yang cukup lama untuk menanti kehadiranku, tapi mungkin
juga aku salah menerka.
Sesampai
dirumah, kucium tangan Emak dan Bapak dan akupun mendapat hadiah ciuman
di pipi. Kemudian Emak tak pernah lupa memberikan apapun itu untukku.
Selama seminggu itupun, Emak menyisihkan buah atau makanan yang Emak
makan untukku. Tidak selalu sama. Terkadang Emak memberikanku dua buah
Salak, satu buah Jeruk, dua buah permen, selalu berlainan. Emak bilang :
tiap Emak makan, selalu ingat kamu, jadi Emak simpan untukmu. Meskipun
aku seringkali bilang, sudahlah tak perlu selalu menyimpan makanan,
menyisihkan untukku, tapi tetap saja Emak lakukan. Seringkali kudapati
buah Jeruk itu mulai keriput, bukan karena terlalu lama disimpan didalam
lemari pendingin( lemari pendingin sudah kehilangan fungsinya alias
rusak, itupun peninggalan kakakku yang sulung) tetapi Emak menyimpannya
dalam beras. Bukan pula beras yang disimpan dalam penyimpanan beras
seperti Cosmos dan sejenisnya, melainkan beras emak hanya disimpan dalam
Gentong Beras. Hm, Gentong itu masih ada ya, Mak...
Pernah
aku bertanya, kenapa Emak selalu beli buah, selalu punya makanan yang
disimpan untukku. Ternyata bukan berarti Emak membelinya setiap hari,
tapi terkadang ketika acara nyumbang di pesta pernikahan atau sunatan
sekalipun ketika ada jamuan makan disertai buah, diberi kue plus permen
yang biasanya dikemas apik dalam mika atau kotak snack, saat itulah Emak
membawanya pulang disimpan untukku. Tidak harus berlebihan begitu Mak,
aku sudah cukup bahagia punya Emak yang ketika aku sekolah dulu Emak
selalu membuatkan aku susu kemudian Emak antar kekamarku karena aku
sibuk berdandan untuk keberangkatanku ke sekolah. Tapi Emak tidak
berubah...
Emak
itu mudah menangis. Aku juga cengeng, mestinya warisan dari Emak.
Emak menangis ketika mengantarkanku ke kost untuk pertama kalinya,
ketika Senin pagi aku kembali berangkat kuliah, ketika aku menyelesaikan
studi-ku, ketika aku putus hubungan dengan teman dekatku, ketika
menjelang pernikahanku, saat pernikahanku, ketika mengantarkanku kerumah
suamiku, ketika mendengar kehamilanku, ketika aku melahirkan malaikat
kecilku, ketika aku sakit, ketika malaikat kecilku sakit, ketika
lebaran, ketika Emak shalat dipertiga malam, ketika hatinya sedikit
terluka oleh Bapak, ketika Bapak memarahiku karena kebandelanku, dan
masih banyak lagi ketika-ketika yang lain. Ajaibnya, sepertinya Emak
selalu lebih tahu rasaku juga dukaku sehingga Emak selalu lebih dahulu
menangis. Terlalu banyak tangisannya, dan sepertinya banyak tangisnya
yang tidak aku ketahui. Terlalu banyak dukanya yang sengaja Emak
sembunyikan dariku. Terlalu banyak catatan memilukan yang sedikit saja
tersampaikan untukku.
Rasaku Sekarang :
Hebatnya lagi,
Sampai
sekarangpun Emak tetap menyisihkan makanan untukku. Sehari aku tak
berkunjung, Emak pasti telpon :" Kok ga kerumah, ini Emak simpenin bumbu
urap sama Ayam Kecap ". Belum lagi petis yang dibawa Bapak sepulang
dari Jawa Timur. Masih banyak lagi yang tak mungkin aku tuliskan
semuanya disini. Pun ketika aku berkunjung membawakan buah tangan selalu
saja disisihkan beberapa untuk dibawa aku pulang kembali kerumah. Aneh.
Tapi aku sudah tidak pernah protes lagi tentang makanan yang disisihkan
untukku. Sejak Emak selalu bilang bahwa Emak selalu ingat anak. Aduh
indahnya, dan merinding disko mendengarnya. Terimakasih, Mak. Sekarang
aku tahu alasanmu. Aku mencintaimu, dan sepertinya cintaku tak cukup
mengimbangi rasa cintamu untukku.
Kata Emak dahulu :
Sudahlah,
jangan selalu tanya kenapa Emak melakukan ini dan itu untukmu, mbak-mu
dan mas-mu. Melihat kalian senang, hidup bahagia itu sudah cita-cita
Emak. Setiap Emak makan, selalu ingat kamu juga mbak dan mas-mu. Kamu
nanti akan tahu ketika kamu sudah menikah dan punya anak. Emak itu
selalu ingat anak. Kalau kamu tidak suka dengan yang Emak lakukan selama
ini, ya sudah diem aja karena Emak tidak mau berhenti. Kalau kamu tetap
tidak suka, yowes, besok kamu punya anak, jangan seperti Emak.
Kata Emak sekarang :
Jadi
isteri yang baik ya, Nduk. Isteri solehah. Jangan kasar sama anak, Emak
sakit kalau kamu kasar sama anak. Besok libur to, dolan kerumah. Mamak
sama Bapak kangen, palagi sama Anakmu. Nginep yo, Nduk.